Bukan hal baru jika belajar menggunakan media elektronik semacam PC, LCD projector, atau Internet sekalipun. Dijaman ini hampir semua orang selalu menuntut sesuatu yang serba instant, cepet, dan tentu inilah yang (mungkin) disebut modern.
Ayas mengartikan modern itu adalah apa yang ada sekarang, dengan sistem kerja dan fungsi yang belum pernah ada sebelumnya baik versi ataupun bentuk kasarnya. Modern hanyalah masalah waktu, sehingga terbatas hitungan detik saja semua hal yang lebih baru yang identik ataupun yang sama sekali baru sangat mungkin ada. Modern adalah full inovasi, baik dari segi fisik maupun non fisiknya. Contohnya saat kakek-nenek kita sekolah dulu mencatat menggunakan sabak yang terbuat dari batu, yang tentu saja tidak terdiri dari berlembar-lembar layaknya buku catatan yang ada sekarang. Dengan keadaan ini, tentu metode belajarnya pun tidak sama dengan anak sekolahan jaman sekarang yang mencatat menggunakan buku.
Suatu inovasi tidak melulu terjadi pada konsep dan fisiknya, bisa saja hanya salah satu yang disempurnakan. Disinilah dibutuhkan sebuah obyektifitas dalam menilai dan menganalisa sebuah produk inovasi, tanpa sebuah analisa obyektif maka hanya akan menghasilkan keputusan yang salah dalam memanfaatkan sebuah teknologi. Bukan tanpa alasan, hal ini berangkat dari keanehan-keanehan kebijakan yang ada pada dunia pendidikan. Contohnya salah satu syarat RSBI adalah memiliki dan menerapkan pembelajaran berbasis IT, apabila ditelusuri ternyata hanya menggantikan papan tulis dengan LCD projector saja tanpa membenahi aspek strategi dan metode pembelajarannya. Sungguh ironi, tidak jarang kemudian keluar kebijakan harus membeli komputer merek A sejumlah sekian hanya untuk mendukung aturan aneh tersebut dan tentu ujung-ujungnya masalah uang. Dilihat dari aspek pembelajaran pun ternyata siswa tidak terlalu "takjub" dengan presentasi yang diklaim lebih menarik dari pada tulisan pada papan tulis.
Penerapan sebuah produk teknologi pada kegiatan pembelajaran hanya bisa efektif jika sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan mencakup bagaimana sebuah media pembelajaran dapat menarik semangat siswa untuk belajar, memperindah iklim belajar sehingga semua siswa dapat menikmati pembelajaran yang mengakomodir gaya belajar mereka masing-masing, serta mampu dijangkau oleh pihak manajemen sekolah baik secara material maupun keilmuan. Belajar adalah sebuah proses, maka fungsi media adalah menjaga keteraturan proses dengan mereduksi sekecil mungkin noise (baca; gangguan). Sebaru apapun teknologi yang disediakan sebuah media pembelajaran tidak akan mampu menjalankan fungsinya dengan optimal jika disampaikan pada waktu dan kondisi yang tidak tepat.
Manusia memang diciptakan Allah SWT untuk selalu suka dengan hal-hal yang baru, akan tetapi lebih bijak rasanya apabila sebentar saja memberikan kesempatan untuk menimbang hal baru tersebut sebelum dipergunakan. Yang baru belum tentu lebih baik dan yang lama juga belum tentu lebih buruk, maka lebih baik mengambil sisi baiknya saja dari keduanya.
0 komentar:
Posting Komentar